Ungkapan salah seorang pengusaha dan founder bank di Indonesia yang dimuat di harian bisnis (hari dan tanggal lupa) memang menggelitik namun ternyata sangat benar adanya. Barangkali ungkapan tersebut merupakan filosofi dasar seorang bankir apalagi perbankan syariah. Seorang bankir tentu akan intens berhubungan dengan uang. Ia boleh melihat, memegang, tapi untuk menggunakan tentu tidak. Bank, sebagai lembaga bisnis yang dikenal dengan prinsip kehati-hatian yang tinggi tentu tidak ingin melakukan kesalahan sedikitpun.
Pengalaman Pak Taher, orang yang diwawancarai harian bisnis, tentu sangat beragam dalam mendirikan perbankan. Badai krisis yang menimpa Indonesia berkali-kali bahkan, dari tahun 1998 yang merontokan perbankan nasional hingga 2008 silam yang banyak mengguncang perekonomian global tidak menggoyahkan bank yang ia dirikan. Bahkan saat ini, banknya termasuk berkategori baik karena memiliki NPL di bawah 1%. Sungguh perlu diapresiasi dan menjadi pembelajaran.
Kembali menyoal bankir. Seorang bankir sejatinya memiliki jiwa trusty yang tinggi. Integritas kerja serta jiwa pembangunan yang matang. Bank adalah lembaga yang secara informal bergerak berdasarkan kepercayaan. Oleh karena itu, sangat sejalan sekali bila salh satu pondasi ekonomi Islam atau lebih fokusnya perbankan syariah adalah tauhid yang melahirkan kejujuran karena ada self control dalam diri. Dalam bahasa yang lebih sederhana, pembangunan atau pendidikan moral merupakan modal utama bagi seorang bankir.
Perkara moral juga yang telah merontokan lembaga keungan besar di Amerika baru-baru ini. Hemat penulis, kasus bank century yang hingga kini belum jelas ujung pangkalnya juga merupakan bagian dari moral yang salah kaprah.
Sekali lagi, seorang bankir memang layaknya dokter kandungan. Kejujuranlah yang menjadi pangkal dari semua itu. Semoga kita bisa mengambil pelajaran untuk selanjutnya dilaksanakan dalam kehidupan nyata. (*)
Penulis adalah Muhammad Gufron Hidayat, Mahasiswa Perbankan Syariah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pengalaman Pak Taher, orang yang diwawancarai harian bisnis, tentu sangat beragam dalam mendirikan perbankan. Badai krisis yang menimpa Indonesia berkali-kali bahkan, dari tahun 1998 yang merontokan perbankan nasional hingga 2008 silam yang banyak mengguncang perekonomian global tidak menggoyahkan bank yang ia dirikan. Bahkan saat ini, banknya termasuk berkategori baik karena memiliki NPL di bawah 1%. Sungguh perlu diapresiasi dan menjadi pembelajaran.
Kembali menyoal bankir. Seorang bankir sejatinya memiliki jiwa trusty yang tinggi. Integritas kerja serta jiwa pembangunan yang matang. Bank adalah lembaga yang secara informal bergerak berdasarkan kepercayaan. Oleh karena itu, sangat sejalan sekali bila salh satu pondasi ekonomi Islam atau lebih fokusnya perbankan syariah adalah tauhid yang melahirkan kejujuran karena ada self control dalam diri. Dalam bahasa yang lebih sederhana, pembangunan atau pendidikan moral merupakan modal utama bagi seorang bankir.
Perkara moral juga yang telah merontokan lembaga keungan besar di Amerika baru-baru ini. Hemat penulis, kasus bank century yang hingga kini belum jelas ujung pangkalnya juga merupakan bagian dari moral yang salah kaprah.
Sekali lagi, seorang bankir memang layaknya dokter kandungan. Kejujuranlah yang menjadi pangkal dari semua itu. Semoga kita bisa mengambil pelajaran untuk selanjutnya dilaksanakan dalam kehidupan nyata. (*)
Penulis adalah Muhammad Gufron Hidayat, Mahasiswa Perbankan Syariah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2 comments:
Bukannya menuduh ya, tapi kebobrokan moral para pemilik bank ini kerap terjadi di bank milik keluarga, atau bank yang merupakan bagian dari kelompok usaha. Jadi si bank seolah-olah ditetapkan sebagai sumber pemasukan untuk kemudian dananya dialihkan ke anak perusahaan yang lain dari kelompok tersebut. Subsidi silang jadinya :(
memang fenomenanya ada yang seperti itu walaupun tidak semua melakukannya. Bank itu merupakan lembaga yang 'seharusnya' benar-benar menerapkan prinsip amanat karena dia menjaga, memanfaatkan dan pada akhirnya harus memberikan kontribusi kepada nasabah. saya setuju dengan pendapat Pak Taher karena memang secara idelais begitulah seharusnya orang bank, dia sama sekali tidak boleh menggunakan dana untuk kepentingannya dalam arti harus benar-benar memegang amanatnya. Itu pendapat penulis, terimakasih sudah berkomentar, senang berdiskusi dengan Anda. Semoga ini menjadi awal yang baik untuk perbincangan menarik selanjutnya.
Terima kasih!
Post a Comment