
Penulis: Zaim Uchrowi
Penerbit: TERAJU (PT Mizan Publikasi)
Halaman: xviii + 377 halaman
Tak ada satu makhluk pun yang abadi di dunia ini. Manusia, dengan jatah hidupnya, memiliki sikap yang berbeda dalam mengisi lembaran hari. Banyak yang cendrung pragmatis, banyak pula yang meyakini benar idealismenya. Perjalanan hidup ini barangkali akan lebih bermakna dan menjadi bukti sejarah bila dikemas dalam term “biography”. Itulah sejatinya, mengenai buku ini. Sebuah buku tentang tokoh publik yang sangat berjasa dalam menentukan arah perjalanan bangsa.
Menyelami buku ini, pembaca yang budiman akan sangat terbantu dengan prakata Amien Rais sendiri mengenai asal muasal mengapa biografi ini disusun. Hal yang menarik untuk disimak adalah sanjungan Amien terhadap gaya penulisan Zaim Uchrowi yang sangat enak untuk dibaca-tuntaskan. Dengan bahasa yang renyah serta didukung oleh biografi Amien Rais yang mencengangkan, buku ini sangat menarik dan bisa dibaca dalam waktu singkat.
Prakata The Amien Rais Center yang diwakili oleh J. Geovani dan pengantar penulis juga sangat penting untuk dicermati guna memahami isi buka secara keseluruhan. Sosok Amien yang ‘kritis’ menjadi topik hangat yang diangkat. Media di Indonesia dinilai masih menggandrungi ‘berita komentar’ daripada ‘berita peristiwa’, hal ini lah yang disebut Zaim menyebabkan Amien dikenal kritis karena komentarnya yang lugas terhadap realita. Namun Zaim sendiri menambahkan, bahwa kritis hanyalah salah satu bagian dari sosok Amien Rais sebagaimana bentuk telinga yang lebar hanya merupakan salah satu bagian dari sosok gajah, begitulah urai Zaim lugas.
Sosok Amien Rais kini memang tidak instan namun melampaui berbagai fase kehidupan, sejak masa kecil hingga ia tampil di kancah nasional serta dikenal berbagai kalangan.
Penyajian buku dengan penyusunan tiga kategori besar, dimulai dengan Pondasi diri, bergiat di masyarakat, dan menjadi negarawan adalah salah satu cara tepat untuk memotret sosok Amien Rais secara utuh. Hal ini menyebabkan tidak ada bias yang tersirat dari pembaca, menjelaskan khalayak bahwa hasil yang diperoleh adalah buah dari rangkaian panjang kehidupan.
Pertama, mengenai pondasi diri. Sepertiga bagian pertama ini adalah fase terpenting dalam hidup Amien Rais. Dimulai dari masa kecilnya di Solo, kota yang menyimpan berbagai ke-khas-an. Solo adalah salah satu pusat budaya terpenting di Indonesia. Solo terletak di bagian timur Jawa Tengah. Di sisi timur kota terdapat bengawan solo, salah satu sungai terbesar di Jawa dan sebagai sungai yang menyimpan ribuan kisah silam.
Selain budaya, perdagangan pun berakar kuat di Solo. Bukti sejarahnya masih tersirat, daerah sekitar Solo, seperti Sukoharjo dan Karang Anyar adalah bukti bagaimana perdagangan di Solo berjaya. Bukan hanya itu, Solo juga terkenal dengan tradisi intelektual. Salah satu buktinya adalah Koran Bromartini yang terbit pada pertengahan abad ke-19 di Solo. Koran ini merupakan Koran pribumi pertama di Indonesia.
Kekayaan khazanah tradisi Solo itu yang menyebabkan Amien Rais tumbuh sebagai tokoh yang peduli pada berbagai hal. Amien Rais bahkan lekat sekali dengan budaya rakyat sebagaimana ia sangat menggandrungi campursari. Berbagai kebudayaan lainpun kerap ia nikmati di sela-sela kesibukannya.
Kehidupan keluarga yang kental dengan nuansa Muhammadiyah menjadi salah satu pondasi kehidupan Amien Rais. Orang tua Amien, H. Syuhud Rais dan Sudalmiyah, merupakan aktivis Muhammadiyah tulen. Mereka berdua dipertemukan di lingkungan Muhammadiyah hingga akhirnya merajut tali pernikahan. Den Moh, begitulah nama kecil Amien Rais, adalah sosok yang kental dengan nuansa keagamaan.
Masa remaja adalah fase baru dalam kehidupan sosok Amien Rais. Saat itu ia pindah ke Yogya guna melanjutkan pendidikan. Amien termasuk orang cerdas dengan mengikuti perkuliahan di dua tempat, UGM dan IAIN Sunan Kalijaga, Yogya. Begitulah aktifitas barunya dijalani dengan segala pernak-pernik menarik yang tidak bosan disimak bila membaca biografinya dengan tuntas.
Tidak salah memang Amien memilih Yogya sebagai pelabuhan hidupnya. Kota ini sungguh luar biasa sebagi pusat budaya dan intelektual. Maka tak heran banyak tokoh besar yang bermarkas di sana. Sebut saja, Affandi, pelukis abstarak kelas dunia, membangun sanggarnya di Jalan Raya Solo. Bagong Kusudihardjo, guru dan koreografer besar, bermarkas di Yogya. Di tempat ini pula W.S Rendra menempa dramawan besar sekaliber Arifin C Noer, Putu Wijaya, Syubah Asa, dan Adi Kurdi. Tak ketinggalan juga para seniman yang lebih muda, sekelas Emha Ainun Nadjib dan Butet Kertajasa tidak meninggalkan basisnya di Yogya. Kelebihan itu lah yang semakin mengasah ketajaman Amien dalam menempa hidup.
Di Yogya pula cita-cita yang diidamkan Amien mulai teralisasi. Bermula menjadi asisten dosen, akhirnya ia diangkat menjadi dosen tetap di UGM pada tahun1970. Perjalanannya memang panjang, namun begitu lempang. Sejak tahun pertama di Yogya, Amien harus membagi waktu untuk kuliah di dua tempat. Bagi mahasiswa lain mungkin hal itu akan sangat sulit direalisasikan tapi tidak bagi Amien, bahkan ia tampak menonjol di kedua tempat kuliahnya.
Kedua, seiring waktu yang terus berdetak, Amien semakin banyak terlibat di masyarakat. Mulanya, ia beserta teman-temannya mendirikan kelompok diskusi, Limited Group, dari kelompok ini wawasan pluralitas bangsa, baik dalam pemikiran, sikap, maupun prilaku, berkembang. Kelompok diskusi ini terbuka bagi setiap orang. “Anggota kelompok ini jangan hanya mahasiswa. Kita perlu tokoh nasional,” ungkap Dawam Rahardjo, salah satu pembentuk kelompok ini. Pada akhirnya, banyak tokoh besar yang terlibat dalam diskusi, sebut saja, Sukiman Wirjosandjojo yang pernah menjadi pimpinan Masyumi, Mukti Ali sebagai professor di IAIN Sunan Kalijaga, Ahmad Wahib, Imaduddin Abdurrahim, bahkan tokoh Budha, pastur, juga pendeta-pendeta nasrani banyak terlibat di kelompok diskusi itu. Singkatnya, Limited Group pada masa awal 1970-an dikenal sebagai kelompok intelektual muda di Indonesia.
Pengabdiannya di UGM berbuah manis. Ia mengikuti program Fullbright, beasiswa prestisius yang diperuntukan pemerintah Amerika, terbuka bagi para staf pengajar perguruan tinggi se-Indonesia. Ia akhirnya menyelesaikan S-2 di University of Notre Dame, Amerika Serikat. Beberapa tahun kemudian ia menempuh program doktor di Chicago University. Perkenalannya dengan dunia barat banyak memberi kesan bagi Amien. Wawasannya semakin bertambah, karena saat itu pula Ahmad Syafi’i Maarif dan Nurcholis Madjid sama-sama tengah menuntaskan kuliahnya di Amerika. Selain mengeyam pendidikan di barat, ia juga belajar di timur tengah sembari menuntaskan disertasinya di Chicago University.
Pengabdiannya di masyarakat berlanjut tatkala ia menghidmatkan diri di Muhammadiyah. Tahun 1985, Amien dilantik menjadi anggota pimpinan pusat Muhammadiyah. Saat itu usianya 41 tahun. Namun sayang, Pak Syuhud, seorang ayah yang sangat berjasa membentuk karakter Amien meninggal dunia sehingga tidak sempat melihat anaknya dilantik. Pada akhirnya, pada tahun 1995 Amien Rais didaulat menjadi pucuk pimpinan Muhammadiyah.
Masih banyak pengabdian yang ia persembahkan bagi semesta. Entah itu dalam bidang sosial, politik, bahkan intelektual sekalipun. Sangat tepat dengan ungkapan khairunnas anfa’uhum linnas bila menyandingkannya dengan sosok Amien Rais.
Ketiga, fase selanjutnya ialah saat ia menjadi negarawan. Karier politiknya pertama berkibar ketika Amien dan kawan-kawannya mendirikan Partai Amanat Nasional (PAN), 23 Agustus 1998. Pemilu 1999 adalah pemilu pertama yang diikuti PAN. Berbagai kisah menarik muncul berkenaan dengan partai atau Amien Rais sendiri. Pada akhirnya pemilu 1999 menobatkan Amien Rais menjadi ketua MPR.
Banyak peran yang dijalani, kala Amien bertindak sebagai ketua MPR. Ia berjasa mengantar Gus Dur ke istana Negara sekaligus berperan menurunkannya kembali. Dalam buku ‘Muhammad Amien Rais Putra Nusantara’, Amien memaparkan perihal pemberhentian Gus Dur dari presiden, “Secara keseluruhan saya telah mencapai konsensus majelis, dan dengan demikian saya tidak bisa dipersalahkan seorang diri atas kejatuhan Gus Dur.” Amien juga adalah orang yang memiliki kontribusi yang tak bisa diremehkan dalam mengangkat Megawati ke kursi kepresidenan.
Banyak sekali kontribusi yang diberikan Amien dalam membangun bangsa ini, gerakan reformasi yang dimotorinya, berlanjut dengan jabatannya sebagi ketua MPR sehingga menuntut peran yang lebih besar untuk bangsa dan negara. Ia rela meninggalkan kehangatan bersama keluarga serta siap menerima konsekuensi, baik itu berupa kritikan atau penangkapan sekalipun.
Dari perjalanan panjangnya menggulirkan reformasi, tahun 1993, banyak pencapaian yang telah berhasil diraih. Namun itu belum cukup, karena proses reformasi terus berjalan. Oleh karena itu, perlu pengawalan. Kedudukannya sebagai ketua MPR memudahkan peran itu dilakukan. Berbagai keputusan penting negara tidak lepas dari kontribusi Amien Rais. Tak salah bila dikatakan: Amin Rais, sang lokomotif perubahan.
Masih banyak yang mesti digali dan dicermati dari sosok Amien Rais. Ini baru pembuka, namun sejatinya akan sangat melecut nurani berbuat yang terbaik bagi lingkungan sekitar. Itulah bukti bila nurani telah bicara. Buku ini sangat layak untuk dibaca, sebagai cermin diri, apresiasi diri, dan memetik hikmah dari setiap kejadian. Selamat membaca! (*)
_______________________________


3 comments:
H m m . . luar biasa.
trims kawand!
ijin untuk jadi sumber ya
Post a Comment